Saturday, June 28, 2014

pengertian investasi

INVESTASI
Investasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh sutu entitas untuk mengkonversi suatu aktiva (sumberdaya) dengan aktiva lainnya dengan maksud untuk memanfaatkan dana yang menganggur, spekulasi, menguasai entitas lain (kepemilikan), memperoleh pendapatan tetap melalui bunga atau dividen, atau menjamin ketersediaan bahan baku untuk operasi perusahaan yang bisa disediakan oleh entitas lainnya.
Investasi yang paling umum dilakukan dalam entitas bisnis adalah:
  1. Investasi dalam  obligasi (sekuritas hutang)
  2. Investasi dalam saham (sekuritas ekuitas)

I. INVESTASI DALAM SEKURITAS HUTANG
Untuk maksud akuntansi dan pelaporan, investasi dalam sekuritas hutang dapat dikelompokkan atas:
  1. Sekuritas hutang yang dipegang sampai jatuh tempo (Held-to-maturity)
  2. Sekuritas hutang yang siap dijual kapan saja (Available for sale)
  3. Sekuritas hutang perdagangan (Trading Securities)
Sekuritas hutang yang dipegang sampai jatuh tempo (Held to Maturity) dan yang siap dijual kapan saja (Available for sale) disajikan pada neraca sebagai Investasi (lancar maupun tidak lancar). Sedangkan sekuritas hutang perdagangan disajikan sebagai kas dan setara kas. Perbedaan penyajian terjadi karena sekuritas perdagangan memang dikususkan untuk mengambil keuntungan dari kenaikan atau penurunan harga obligasi di pasaran (spekulasi).

Perlakuan akuntansi dan pelaporan
1)Keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi
SEKURITAS HUTANG YANG DIPEGANG SAMPAI JATUH TEMPO (HELD-TO-MATURITY)
PT. Ramase membeli obligasi PT. Ester senilai Rp.800.000, 8% pada tanggal 3 januari 2003. Bunga  efektif 10%. Obligasi jatuh tempo  3 January 2008. Bunga diterima setiap 3 januari dan 3 juli setiap tahun.
PT. Ramase membayar:
PT. Ramase mencatat 3/1-2003:

Pada saat menerima bunga 1 juli 2003

Keterangan:
A. Kas diterima (Pendapatan bunga yang diterima) = 8% x 6/12 x 800.000= Rp.32.000
B. Pendapatan bunga = 10% x Nilai terbawa (Carrying Amount). Misalnya per 3/7/2003 pendapatan bunga= 10% x 6/12 x Rp.738.226= Rp.36.911
C. Amortisasi diskonto = Bunga diterima – Pendapatan. Misalnya: per 03/07/2003 amortisasi diskonto sebesar Rp.32.000 – Rp. 36.911 = Rp. 4.911
D. Nilai terbawa (Carrying Amount) obligasi = nilai terbawa awal + amortisasi. Misalnya: per 03/07/05 nilai terbawa obligasi = 738.2236 + 4.911 = 743.137.

03/07/03 Mencatat penerimaan bunga:
03/07/2003 Mencatat Amortisasi diskonto obligasi

Per 31 Desember 2003, PT. Ramase harus melakukan penyesuaian atas pendapatan bunga (Accrued Interest  Income) dan amortisasi diskonto:
Per 31 Desember 2003, Neraca PT. Ramase menunjukkan saldo berikut:
Pada tanggal 03/01/2008, PT. Ramase menerima  pelunasan obligasi dari PT. Ester, maka dicatat:

Ayat jurnal untuk amortisasi tidak dibuat karena sudah dilakukan pada waktu menyesuaikan akun per tanggal 31 desember 2007. Pendapatan juga telah diakui pada 31 desember 2007 melalui ayat jurnal penyesuaian.

SEKURITAS HUTANG YANG SIAP DIJUAL KAPAN SAJA (AVAILABLE FOR SALE)
  1. Investasi sekuritas hutang yang siap dijual kapan saja dilaporkan pada nilai wajarnya (Fair Value).
  2. Keuntungan dan kerugian berkaitan dengan perubahan dalam nilai wajar sekuritas hutang dicatat pada akun keuntungan/ kerugian yang belum terealisasi (unrealized holding gain or loss). Akun ini dilaporkan sebagai laba komprehensif lainnya (Other Comprehensive Income) sebagai komponen dari Ekuitas Pemegang Sahan (Stockholder’s Equity).
  3. Perubahan dalam nilai wajar tidak dilaporkan  sebagai bagian dari penghasilan (laba) bersih sampai sekuritas tersebut dijual.
Contoh:
Sekuritas Tunggal:
Contoh:
PT. Ramase membayar:
PT. Ramase mencatat 3/1-2003:


Pada saat menerima bunga 1 juli 2003

Keterangan:
A. Kas diterima (Pendapatan bunga yang diterima) = 10% x 6/12 x 800.000= Rp.40.000
B. Pendapatan bunga = 10% x Nilai terbawa (Carrying Amount). Misalnya per 3/7/2003 pendapatan bunga= 10% x 6/12 x Rp.864.887 = Rp.34.595
C. Amortisasi premi = Bunga diterima – Pendapatan. Misalnya: per 03/07/2003 amortisasi diskonto sebesar Rp.40.000 – Rp. 34.595 = Rp. 5.405
D. Nilai terbawa (Carrying Amount) obligasi = nilai terbawa awal - amortisasi. Misalnya: per 03/07/05 nilai terbawa obligasi = 864.887 – 5.405

03/07/03 Mencatat penerimaan bunga:
03/07/2003 Mencatat Amortisasi premi obligasi


Per 31 Desember 2003, PT. Ramase harus melakukan penyesuaian atas pendapatan bunga (Accrued Interest  Income) dan amortisasi diskonto:
Per 31 Desember 2003, PT. Ramase juga harus melakukan penilaian atas nilai wajar sekuritas berdasarkan harga pasar obligasi. Misalnya nilai wajar obligasi per 31 desember 2003 senilai Rp.850.000, maka selisih nilai terbawa (carrying value) Rp.853.862 dengan nilai wajar sebesar Rp. 850.000 sebesar Rp. 3.862 diatas nilai wajar. Penyesuaian menuju nilai wajar harus dilakukan oleh PT. Ramase:
Akun keuntungan dan kerugian yang tidak direalisasi (Unrealized holding gain or loss) disajikan pada sisi stockholder’s equity (ekuitas pemegang saham) di neraca, sedangkan akun penyesuaian atas nilai wajar sekuritas (Securities fair value adjustment) merupakan pengurang akun investasi- sekuritas hutang siap dijual/Available for sale securities (contra account).
Portofolio Dari Sekuritas Hutang
Contoh:
PT. Ramase, selain memiliki obligasi PT. Ester, juga memiliki obligasi PT. Anaconda:
Penyesuaian atas nilai wajar sekuritas hutang siap dijual:
SEKURITAS PERDAGANGAN (TRADING SECURITIES/MARKETABLE SECURITIES
  1. Sekuritas perdagangan dipegang  dengan maksud untuk menjual kembali pada periode yang singkat. Sekuritas perdagangan digunakan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga (spekulasi). Periode memegang sekuritas tidak melebihi 3 bulan, bahkan harian atau jam.
  2. Sekuritas ini dilaporkan pada nilai wajar. Keuntungan atau kerugian sebagai akibat penilaian atas nilai wajar diperlakukan sebagai bagian dari penghasilan (laba) neto. Ayat jurnal penyesuaian untuk nilai wajar sama dengan Sekuritas Hutang Siap Jual; (Available-for-sale)
  3. Diskon atau premi tidak diamortisasi.
Contoh PT. Ramase:
PT. Ramase membeli obligasi PT. Ester senilai Rp.800.000, 10 % pada tanggal 3 januari 2005. Bunga  efektif 8%. Obligasi jatuh tempo  3 January 2008. Bunga diterima setiap 3 januari dan 3 juli setiap tahun.
PT. Ramase mencatat 3/1-2003:



II. INVESTASI DALAM SEKURITAS EKUITAS
  1. Sekuritas ekuitas adalah sekuritas yang menunjukkan kepemilikan pada suatu entitas atas saham biasa, saham preferen atau modal saham lainnya.
  2. Sekuritas ekuitas termasuk juga hak untuk memperoleh atau melepas kepentingan kepemilikan pada harga kesepakatan, misalnya waran, atau opsi right dan call.
  3. Obligasi yang bisa dikonversi atau saham preferen yang dapat ditebus tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas ekuitas.
  4. Sekuritas dicatat pada kos pembelian sekuritas. Kos pembelian sekuritas ekuitas termasuk: harga pembelian, komisi broker, dan komisi lainnya terkait dengan pembelian. Apabila kos sekuritas tidak dapat ditentukan, makakos sekuritas ekuitas dicatat sesuai dengan nilai wajar atau nilai aktiva yang diterima (apabila non kas)
  5. Perlakuan  akuntansi terhadap sekuritas ekuitas ditentukan oleh besar kepemilikan investor atas saham dari entitas penjual.
1)Keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi
KEPEMILIKAN KURANG DARI 20%
Ketika investor memiliki kepentingan kepemilikan kurang dari 20%, maka dianggap investor memiliki pengaruh yang kecil ataupun tidak memiliki pengaruh terhadap pemilik saham (investee). Jika harga pasar tersedia, maka sekuritas ekuitas dinilai dan dilaporkan  menggunakan metode nilai wajar (fair value method). Namun, apabila nilai pasar wajar tidak tersedia, makainvestasi dinilai dan dilaporkan sebesar kos perolehan (Cost Method). Metode nilai wajar mengharuskan perusahaan mengklasifikasi sekuritas ekuitas pada saat pemerolehan sebagai Sekuritas siap jual (Available for sale securities) ataupun Sekuritas Perdagangan (Trading securities).
Sekuritas siap jual
Contoh:
Pada 3 November 2004 PT. Republik membeli saham biasa dari bebrapa perusahaan (kepemilikan <20%):
                                                                                                Kos
                                                            PT. Kasta                    259.700
                                                            PT. Curut                    317.500
                                                            PT. Regina                  141.350
                                                            Kos total                     718.550

Pada 3 Nov. 2004, PT. Republik mencatat:

Pada bulan desember, diketahui ketiga perusahaan memperoleh laba. Pada 6 Desember 2004, PT. Republik menerima deviden tunai Rp.4.200 atas investasinya di saham  biasa PT. Curut:
Karena kepemilikan kurang dari 20%, maka PT. Republik hanya mencatat pendapatan bila perusahaan pemilik saham (investee) mengumumkan dividen.

Pada 31 desember 2004, portofolio sekuritas ekuitas siap jual PT. Republik menunjukkan kos dan nilai wajar berikut:
Penyesuaian yang dilakukan PT. Republik untuk menyesuaikan kos ke nilai wajar pada 31 desember 2004 adalah:
Untung atau rugi yang belum direalisasi atas sekuritas ekuitas (Unrealized holding gain or loss-equity) disajikan sebagai pengurang penghasilan (laba) komprehensif pada kelompok ekuitas pemegang saham (Stockholder’s equity)di neraca. Sedangkan akun penyesuaian atas nilai wajar sekuritas (securities fair value adjustment) diperlakukan sebagai pengurang investasi di neraca (akun kontra/contra account)

Pada tanggal 23 januari 2005, PT. Republik menjual seluruh sekurits PT. Kasta Rp. 287.220. Perhitungan untung/rugi  atas penjualan saham:
                                                            Hasil penjualan                        287.220
                                                            Kos saham PT.Kasta               259.700
                                                            Untung dari penjualan saham   27.520
PT. Republik mencatat penjualan, 23 January 2005, sebagai berikut:

Sekuritas perdagangan (Trading securities)
Perlakuan untuk sekuritas perdagangan dengan sekuritas siap jual hamper sama, kecuali pada penyesuaian kos ke nilai wajar. Pada sekuritas perdagangan untung atau rugi karena  kos dibawah atau diatas nilai wajar diperlakukan sebagai pengurang  penghasilan.

KEPEMILIKAN SAHAM ANTARA 20% DAN 50%
Kepemilikan saham antara 20% dan 50% saham entitas lainnya, suatu entitas dapat dianggap memiliki pengaruh yang signifikan. Pengaruh yang signifikan merupakan kemampuan  untuk melakukan pengaruh pada suatu entitas (investee) terkait dengan:
  1. Menetapkan wakil pada dewan direktur
  2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
  3. Transaksi antar perusahaan
  4. Perubahan-perubahan atas personil-personil manajerial, atau
  5. ketergantungan teknologi
Apabila kepemilikan antara 20% dan 50% maka investor dianggap mampu melakukan pengaryh pada investee dan investor harus mencatat penyertaan dengan metode ekuitas.
Perbandingan metode nilai wajar dengan metode ekuitas
3 january 2005, PT. Manise membeli saham PT. Baebae sebanyak 50. 000 lembar dengan harga Rp.1.000/lembar.. Pada 31 desember 2005 PT. Baebae mengumumkan laba Rp. 15.000.000. Pada 31 Desember, nilai pasar wajar saham PT. Baebae Rp. 1.100/lembar. Pada 15 januari 2006, PT. Baebae mengumukan dividen tunai dan membayar Rp. 300.000. Pada tahun 2006, PT. Baebae menderita rugi Rp.10.000.000.

KEPEMILIKAN MELEBIHI 50%
Apabila kepemilikan saham melebihi 50%, maka investor telah memiliki hak pengendalian pada investee. Perusahaan investor  disebut sebagai perusahaan induk (Parent Company) dan Investee merupakan perusahaan anak (subsidiary). Ketika kepemilikan mencapai 50% maka perusahaan induk wajib menyusun laporan keuangan , konsolidasi, sedangkan perusahaan induk tetap mencatat investasi dengan metode ekuitas. Penyusunan laporan keuangan konsolidasi dibahas pada akuntansi keuangan lanjutan.

PENYAJIAN INVESTASI DI NERACA
  1. Sekuritas perdagangan disajikan sebagai aktiva lancar
  2. Sekuritas hutang yang ditahan sampai jatuh tempo (held to maturity) diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar tergantung tanggal jatuh tempo masing-masing sekuritas.
  3. Sekuritas hutang siap jual (available for sale) dikalsifikasi sebagai aktiva lancar atau non lancar tergantung tanggal jatuh tempo dan kapan akan dijual.
  4. Sekuritas ekuitas dikatakan sekuritas siap jual harus diklasifikasi lancar jika sekuritas ekuitas siap untuk digunakan dalam perode operasi saat ini.


Latihan Ringkas
  1. PT. M membeli suatu investasi obligasi, held to mature, $ 50,000, 9%, jatuh tempo 5 tahun dari PT. P senilai $46,304, yang akan memberikan return(tingkat bunga pasar) 11% . Siapkan jurnal PT. M untuk:
    • Pembelian investasi
    • Penerimaan bunga tahunan dan amortisasi. Asumsikan amortisasi metode bunga efektif digunakan.
  2. Menggunakan informasi soal 1, asumsikan investasi tersebut available for sale (sekuritas siap jual), siapkan ayat jurnal PT.M untuk:

    • Pembelian investasi
    • Penerimaan bunga tahunan dan amortisasi. Asumsikan amortisasi metode bunga efektif digunakan.
    • Penyesuaian akhir tahun atas nilai wajar. Anggaplah obligasi memiliki nilai wajar $47,200
  1. 1/3-2005 PT.Maski membeli investasi held to mature atas obligasi PT. Fantasi, nominal $40,000, 8%, jatuh tempo 5 tahun senilai $43,412 dan memberikan tingkat kembalian (rate of return) 6%. Obligasi membayar bunga setiap setengah tahun. Siapkan jurnal PT. Maski untuk setiap kejadian selama tahun 2005.
  1. 1/9-2005 PT. Ayala membeli saham PT. Soripada sebanyak 65.000 lembar @Rp. 500. Pada tahun 2005 PT. Soripada mengumumkan laba Rp.20 juta dan per 31 desember 2005 saham itu memiliki nilai pasar wajar Rp.450/lembar. Pada  5 February 2006 PT. Soripada mengumumkan dan membayar dividen tunai Rp.200.000. Per 31 desember 2006 PT. Soripada rugi Rp.5.000.000 dan  nilai pasar wajar saham per 31/12/2005 Rp. 400.
Diminta: Buatlah jurnal yang perlu dibuat PT. Ayala untuk setiap kejadian pada kedua situasi berikut:

    1. Apabila Saham yang dibeli hanya 10% dari total saham PT. Soripada
    2. Apabila saham yang dibeli 35% dari saham PT. Soripada

makalah manajemen keuangan analisa rasio

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan oleh karena itu untuk  mengetahui Kinerja laporan keuangan tersebut kita memerlukan suatu analisis, analisis-analisis ini lah yang harus dipahami oleh kita baik sebagai manajemen perusahaan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan ataupun sebagai investor jika kita ingin menginvestasikan harta kita terhadap suatu perusahaan.
Oleh karena itu untuk Membantu penganalisis agar mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan kita bisa menggunakan analisis rasio seperti : rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio provitabilitas, dan rasio harga pasar selain itu bisa juga digunakan analisis lain seperti sistem du pont, common size, perbandingan dan sebagainya untuk menganalisa suatu perusahaan tersebut.
Oleh sebab itu maka diperlukanlah pemahaman yang matang untuk mengkaji laporan keuangan suatu perusahaan untuk melakukan tindakan atau pun pengambilan keputusan.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan makala seperti demikian :
1.Apa yang dimaksud Laporan keuangan?
2.Apa saja yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan?
3. Apa yang dimaksud analisis rasio?
C. Pemabatasan Masalah
          Masalah yang di ambil dalam makalh ini adalah:
1.pengertian laporan keuangan
2.Pengertian analisis-analisis laporan keuangan
D. Tujuan Penulisan
                      Dengan adanya makalah ini di harapkan khususnya saya sebagai penulis dan umunnya kepada semua yang membaca makalah ini mampu menguasai analisis rasio, sistem du pont dan Common size.










BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan adalah merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) : ” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk:
1.      Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet).
2.      Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama Laporan Laba Rugi (Income Statement).
3.      Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity atau Statement of Stockholders Equity).
4.      Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.

2. Tujuan Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai “alat pengujian” dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban- kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 3) tujuan dari laporan keuangan adalah:
1.      Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.      Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
3.      Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.



4.      Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitanya dengan:
a.      Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan segala kewajiban-kewajibannya pada saat sini dengan situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa yang akan datang.
b.      Kemampuan perusahaan dalam menarik manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki sarana yang dibutuhkan atau kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman (financing) atau penerbitan saham (stock issue).
c.       Kemampuan perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat membayar bunga pinjaman dan dividen.
3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan.
Menurut Woelfel (1997, hal 28) laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas:
A.     Neraca (Balance Sheet).
“Neraca adalah suatu bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan keadaan dari suatu unit usaha pada tanggal tertentu yang terdiri atas dua bagian yaitu aktiva dan pasiva. Aktiva dapat dikategorikan sebagai investasi yang dilakukan dalam perusahaan sedangkan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut dan jumlah kedua bagian ini harus sama.” Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 152) :
“Neraca adalah merupakan laporan pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutangnya (kewajiban) dan klaim kepemilikan terhadap sumber daya (ekuitas pemilik).” Neraca sendiri dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk T (T Form) dan bentuk L (L Form). Di dalam bentuk T form semua harta perusahaan ditempatkan pada sisi bagian kiri neraca dengan judul aktiva (assets), sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada sisi kanan neraca dengan judul pasiva (Liabilities and Stockholders’ Equity). Dalam bentuk L form, semua harta perusahaan ditempatkan pada bagian atas neraca, sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada bagian bawah neraca. Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 164) keterbatasan neraca antara lain adalah:
1.      Sumber daya dan kewajiban entitas biasanya disajikan menurut harga perolehan (historical cost) pada saat terjadinya sehingga menjadi tidak relevan untuk melakukan evaluasi kekayaan perusahaan.
2.      Ketidakstabilan nilai mata uang menyebabkan neraca tidak mencerminkan daya beli konstan. Akibatnya, neraca mencerninkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan daya beli yang tidak sama.
3.      Sulitnya untuk melakukan perbandingan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya karena masing-masing perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan semua pos yang hampir sama secara seragam.
4.      Dalam hal pengukuran, ada beberapa sumber daya dan kewajiban entitas tidak dilaporkan ke dalam neraca (Off Balance Sheet Items).

B. Laporan Laba Rugi (Income Statement).
Laporan laba rugi adalah suatu laporan utama akuntan dalam mengukur kinerja ekonomi suatu usaha, yaitu pendapatan dikurangi dengan biaya-biaya selama periode akuntansi tertentu.Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) laporan laba rugi dalam penyajiannya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1.      Single step model
Adalah bentuk laporan laba rugi yang dilakukan pengelompokan- pengelompokan atas pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha tetapi hanya dipisahkan antara pendapatan-pendapatan dan laba dengan biaya-biaya kerugian.
2.      Multistep model
Adalah bentuk laporan laba rugi dimana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan tertentu.
C. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement).
Laporan arus kas adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini dibuat dengan melakukan perbandingan antara neraca di awal periode dengan neraca di akhir periode serta menggunakan pos-pos kunci di dalam laporan laba rugi. Dalam penyajiannya, menurut Hackel dan Livnat (1996, hal 146-164), Laporan arus kas dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
1. Aktivitas operasional (Operating).
Adalah kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya yang tidak termasuk di dalam kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan. Secara lebih jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan operasional meliputi arus kas dari kegiatan produksi, distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari kegiatan operasi adalah arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang ikut menentukan laba bersih.
2. Aktivitas Investasi (Investing).
Adalah kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan piutang, pengembalian persediaan barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta penjualan ekuitas dan harta kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva produktif lainnya, yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan produksi barang dan jasa.
3. Aktivitas pendanaan atau pembiayaan (Financing).
Adalah kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari para pemilik dan pemberian hasil atas investasi yang telah dilakukan, peminjaman, serta pembayaran kembali hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan kepada pemilik, dan perolehan serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal dari pembiayaan jangka panjang.







4. Analisis Laporan Keuangan  Sistem Common-Size
Analisis laporan keuangan common-size berguna dalam memahami pembentuk internal laporan keuangan. Sebagai contoh, analisis common-size menekankan pada dua factor :
1. sumber pendanaan termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar, kewajiban tak lancar dan ekuitas.
2.  komposisi aktiva termasuk jumlah untuk masing-masing aktiva lancar dan aktiva tak lancar.

Sebuah laporan laba rugi siap untuk analisis common-size karena setiap pos terkait dengan angka  kunci seperti penjualan. Dalam berbagai tingkatan, penjualan mempengaruhi hampir seluruh beban dan berguna untuk mengetahui berapa persen dari penjualan yang diwakili oleh tiap pos-pos beban. Pengecualian berlaku untuk pajak penghasilan, yang terkait dengan laba sebelum pajak bukan penjualan. Keterbatasan utama laporan keuangan common-size untuk analisis antar perusahaan adalah kegagalannya untuk mencerminkan ukuran relatif perusahaan yang di analisis. 

5. Analisis laporan keuangan Sistem Du Pont
Menurut Agnes Sawir (2001;26) analisis Du Pont merupakan pendekatanterpadu terhadap analisis rasio keuangan. Bagan Du Pont mula - mula dikembangkan oleh manajemen Du Pont Corporation untuk pengendalian divisi.Analisis Du Pont menggabungkan rasio - rasio aktivitas dan profit margin, dan menunjukkan bagaimana rasio - rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva - aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran dikalikan dengan marjin laba penjualan, hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian investasi (ROI).

Rumus sistem Du Pont

            Laba bersih X Penjualan = ROA
            Penjualan         Total Aktiva

6. Analisis Rasio
Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Rasio paling bermanfaat bile berorientasi ke depan artinya kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan.
A. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo Rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Aktiva lancar dengan Utang Lancar. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahuikesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.
Rasio Lancar =             Aktiva Lancar
             Utang Lancar 
Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang rasio lancarnya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio).
Rasio ini dihitung dengan mengurangkan Persediaan dari Aktiva Lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan Utang Lancar.
Rasio Cepat =              Aktiva Lancar - Persediaan
         Utang Lancar
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu).
B. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang dan dainnya). Atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari - hari . Adapun sebagian dari rasio – rasio aktivitas adalah sebagai berikut :

1. Perputaran piutang (turnover receivable)
Digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang tertanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika semakin rendah maka ada over investment dalam piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata piutang. Rumusan untuk mencari turnover receivable adalah sebagai berikut :
Turnover receivable =    Penjualan kredit
 Rata – rata piutang
Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga menghitung hari rata – rata penagihan piutang (days of receivable). Rumus yang digunakan adalah :
Days of receivable =    Piutang rata – rata x 360
               Penjualan kredit
2. Perputaran persediaan (inventory turnover )
Digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam inventory ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan (inventory turnover). Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini maka semakin jelek, demikian pula sebaliknya. Cara mencarinya adalah dengan membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan rata – rata persediaan. Namun apabila tidak ada harga pokok maka dapat digunakan sebagai perhitungan adalah penjualan (sales) dengan rata – rata persediaan dan biasanya dalam hitungan tahun. Rumus untuk mencari inventory turnover digunakan adalah sebagai berikut :
Inventory turnover =                Penjualan
                        persediaan
3. Fixed assets turnover
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dan biasanya rasio ini dinyatakan dalam desimal. Rumus untuk mencari fixed assets turnover digunakan adalah sebagai berikut :
Fixed assets turnover =            Sales
               Total fixed assets
4. Asset turnover
Digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap Rupiah aktiva dan biasanya rasio ini dinyatakan dengan desimal. Rumus untuk mencari assets turnover digunakan adalah sebagai berikut :
Assets turnover =         Sales
                  Total assets
C. Rasio profitabilitas (profitability ratio)
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Rasio profitabilitas ini terdiri dari:


1. Profit margin (profit margin on sales)
Rasio ini mengukur perbandingan antara profit margin dengan penjualan, dan diukur dalam persentase. Rumus untuk mencari profit margin digunakan adalah sebagai berikut :
Net profit margin =           Net profit margin after tax
             Net sales
2. Rasio Daya Laba Dasar (Basic Earning Power Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Sebelum Pajak dan Biaya Bunga/EBIT (Earning Before Income and Tax) dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pengaruh pajak serta bunga. Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat bunga yang berbeda.
Basic Earning Power =                  E B I T
                     Total Aktiva
3. Rasio Pengembalian Atas Total Aktiva atau ROA (Return on Assets Ratio)
.          ROA sering disamakan dengan ROI (Return on Investment). Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Bersih dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.
ROI =                    Laba Bersih
                        Total Aktiva




4. Rasio Pengembalian Atas Ekuitas atau ROE (Return on Equity Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Bersih dengan Ekuitas. Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.
ROE =              Laba Bersih
   Ekuitas
D. Rasio Penilaian Pasar
Sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio penilaian yang umum digunakan:
1. Rasio Harga terhadap Laba atau PER (Price to Earnings Ratio).
Rasio harga per saham terhadap laba per saham.
Rasio Harga terhadap Laba =               Harga per Saham
                           Laba per Saham
2. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio).
Rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya.
Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku =        Harga per Pasar
                  Nilai Buku per Saham
3. Rasio harga pasar terhadap arus kas

Rasio harga pasar terhadap arus kas =             Harga per saham
                                                                       
                                                                                 Arus kas per saham

4. Rasio harga pasar terhadap nilai buku

Rasio harga pasar terhadap nilai buku =           Harga pasar per saham
 


                                                                                      Nilai buku per saham



7. Manfaat analisis rasio keuangan
Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan. Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi.
Dengan menggunakan analisis rasio ini penganalisis dapat mengmenyimpulkan baik atupun buruknya kinerja suatu perusahaan yang bersangkutan, Selain itu analisis rasio ini juga bisa digunakan sebagai standar evaluasi kinerja perusahaan bagi pihak perusahaan itu sendiri.















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan keuangan adalah merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan yang memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) : ” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Addapun analisis-analisis yang digunakan di antaranya adalah sistem Common-size, sistem Du pont, dan analisis rasio. Selain analisis-analisis ini masih banyak lagi analisis lain yang mungkin digunakan untuk menganalisis laporan. Yang bertujuan sama untuk melihat kemampuan kinerja perusahaan yang bersangkutan.








DAFTAR PUSTAKA

Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta, 2001
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2001.

J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta, 1999.