II. PENGENDALIAN BIAYA DENGAN BIAYA
STANDAR
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Secara umum, suatu
perusahaan dalam mengatur keuangannya membutuhkan suatu sistem yang bisa
menggambarkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Akuntansi merupakan sistem yang
digunakan perusahaan untuk dapat mendeskripsikan keadaan keuangan internal
perusahaan tersebut.
Akuntansi biaya adalah
proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan
penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran
terhadapnya. Objek akuntansi biaya adalah biaya. Mulyadi (2009:1)
2.1.2 Pengertian Biaya
Biaya dalam arti luas
adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi
atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Mulyadi (2002:8).
Sedangkan Henry Simamora (2002:39) mengemukakan, Biaya sebagai pengorbanan yang
dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa.
Jadi dapat disimpulkan
dari dua definisi diatas, biaya adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau mungkin akan terjadi yang dilakukan untuk
mendapatkan barang atau jasa.
2.1.3 Penggolongan Biaya
Tujuan akhir akuntansi
biaya adalah menyediakan informasi tentang biaya untuk manajemen guna membantu
mereka dalam mengelola perusahaan atau departemennya. Dalam mengelola
perusahaan manajemen membutuhkan biaya yang akurat.
Dalam akuntansi biaya,
biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini
ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut,
karena dalam akuntansi biaya dikenal dengan konsep “different costs for
different purpose”, biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda,
(Mulyadi:2009:13)
Penggolongan biaya
yang dimaksud antara lain adalah :
1. Berdasarkan hubungan dengan produk
a. Biaya Produksi
Yakni biaya-biaya yang
berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan
dengan penghasilan diperiode dimana produk itu dijual. Biaya ini terdiri atas
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya
produksi yang terdiri dari bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik terbagi lagi dalam dua kategori, yaitu :
· Biaya Utama (Prime Cost) adalah biaya yang terdiri
dari bahan baku dan upah langsung yang berhubungan langsung dengan produksi.
· Biaya Konversi (Conversion Cost) adalah biaya yang
berkaitan dengan pengendalian bahan baku menjadi produk jadi. Biaya ini terdiri
dari biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
b. Biaya Periodik
Yaitu biaya-biaya yang
berhubungan dengan waktu dibanding dari unit yang diproduksi. Seluruh biaya ini
dibebankan kepada penghasilan diperiode dimana biaya tersebut terjadi. Biaya
periodic ini disebut juga biaya komersil. Contoh dari biaya ini adalah biaya
administrasi dana umum, biaya pemasaran (biaya iklan dan promosi, biaya upah
sales). Khusus biaya pemasaran seperti biaya iklan sering ditunda pembebanannya
karena masih dianggap bermanfaat untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan
datang.
2. Berdasarkan periode akuntansi atau pembukuan
a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure)
Yaitu biaya yang
dikelurakan yang manfaatnya dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi.
Pengeluaran ini membentuk cost (harga pokok).
b. Pengeluaran penghasilan
Yaitu biaya yang
dikeluarkan yang bermanfaat hanya dalam satu periode akuntansi (kurang atau
sama dengan satu tahun). Pengeluaran ini menjadi expense (biaya) diperiode saat
terjadi biaya itu.
3. Berdasarkan hubungannya dengan volume produksi/kegiatan perusahaan
a. Biaya Variable
Yaitu biaya yang
selalu berubah secara proposional (sebanding) sesuai dengan perbandingan volume
kegiatan perusahaan.
b. Biaya Semi Variable atau semi tetap
Yaitu biaya yang
selalu berubah tetapi perubahannya tidak proposional (sebanding) dengan
perubahan kegiatan atau volume kegiatan perusahaan.
c. Biaya tetap
Yaitu biaya yang besar
kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan perusahaan.
4. Berdasarkan hubungannya untuk tujuan pengawasan
a. Biaya standar
Yaitu biaya yang telah
ditentukan terlebih dahulu (diperkirakan akan terjadi) dan apabila terjadi
penyimpangan terhadapnya, maka biaya standar ini dianggap benar.
b. Biaya Taksiran
Yaitu biaya yang
ditaksir terlebih dahilu (diperkirakan akan terjadi) dan apabila terjadi
penyimpangan terhadapnya maka yang dianggap benar adalah adalah biaya
sesungguhnya.
c. Biaya sesungguhnya
Yaitu biaya yang
sungguh-sungguh terjadi atau biaya yang dibebankan.
5. Berdasarkan dalam hubungannya dengan departemen produksi
a. Biaya Departemen Produksi
Yaitu biaya yang
dibebankan atas perhitungan pada bagian atau departemen yang secara langsung
menangani pembuatan barang atau produk.
b. Biaya Departemen Pembantu
Yaitu biaya yang
dibebankan kepada departemen yang menyediakan fasilitas memberikan service
untuk departemen lain (dengan departemen produksi atau departemen pembantu
lain).
c. Biaya Tidak Langsung Departemen
Yaitu biaya yang
diperhitungkan terhadap suatu departemen karena departemen tersebut menggunakan
fasilitas lain.
6. Berdasarkan hubungannya dengan fungsi-fungsi yang ada diperusahaan
a. Biaya Produksi
Yaitu biaya total
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dalam rangka
memproduksi suatu produk.
b. Biaya Pemasaran
Yaitu biaya yang
dikelurkan dalam rangka memasarkan produk yang dihasilkan.
c. Biaya Administrasi dan Umum
Yaitu biaya yang
dikelurkan dalam rangka mengarahkan, mengendalikan dan mengopersikan
perusahaan.
d. Biaya Keuangan
Yaitu biaya yang
dikeluarkan dalam rangka mendapatkan dana untuk operasi perusahaan.
7. Berdasarkan dalam hubungannya dengan pengendalian biaya
a. Biaya Terkendali (Controllable Cost)
Yaitu Biaya yang
secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka
waktu tertentu.
b. Biaya Tak Terkendali
Yaitu biaya ynag tidak
dapat dipengaruhi oleh seorang pemimpin atau jabatan tertentu berdasrkan
wewenang yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat
dalam waktu tertentu.
.
2.1.4 Definisi
Biaya Bahan Baku Standar
Biaya bahan baku
standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiaya
kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan factor-faktor
lain tertentu. Mulyadi (2009:387)
Sedangkan Henry
Simamora (2002:328) mengemukakan biaya standar (standar Cost) adalah biaya yang
ditentukan dimuka (predetermined cost) untuk bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrikasi.
Kata-kata biaya yang
seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan dimuka
merupakan pedoman didalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Jika biaya yang
sesungguhnya menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap benar adalah
biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya tidak
berubah.
Sistem biaya standar
merupakan suatu sistem akuntansi biaya yang mengolah informasi biaya sedemikian
rupa sehingga menajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan
yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang ditentukan. Sistem akuntansi
biaya ini mencatat biaya yang seharusnya dikeluarkan dan biaya yang
sesungguhnya terjadi, dan menyajikan perbandingan antara biaya standar dan
biaya sesungguhnya serta menyajikan analisis biaya standar dan biaya
sesungguhnya.
2.1.5 Varians Bahan Baku
Varians bahan baku
adalah selisih bahan baku actual dengan bahan baku berdasrkan standar yang
diperkirakan, Bastian Bustami dan Nurlela (2009:274). Dalam varians bahan baku
dapat dianalisis menjadi :
1. Varians harga bahan baku
Adalah selisih harga
bahan baku actual dengan harga bahan baku berdasarkan standar yag diperkirakan.
Perusahaan biasanya menghitug varians harga bahan baku pada saat berbeda dengan
pencatatan harga beli bahan baku atau harga pemakaian bahan baku.
Kemungkinan penyebab
varians bahan baku tidak menguntungkan adalah :
· Fluktuasi harga pasar bahan baku yang cukup tajam.
· Jauhnya pemasok, sehingga tingginya biaya angkut yang
dibebankan ke perusahaan.
· Gagalnya memanfaatkan potongan tunai yang diberikan
pemasok.
Yang bertanggung jawab
terjadinya varians pembelian harga adalah departemen pembelian. Namun personal
supervise dan perancangan produk yang mengusulkan spesifikasi jenis dan merek
bahan tertentu juga dapat diminta pertanggungjawabannya
2. Varians Penggunaan Bahan
Adalah selisih antar
kuantitas actual yang digunakan untuk produksi dengan pemakaian bahan
berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menggunakan harga beli bahan baku
standar.
Untuk kebutuhan
pengendalian, jika terjadi varians harus segera disolusi secepat mungkin
walaupun ada kemungkinan tidak dapat dihitung sampai pekerjaan selesai, karena
varians sangat besar pengaruhnya pada baiay operasi.
Kemungkinan terjadinya
varians tidak menguntungkan :
· Kehilangan bahan baku saat penanganan tahap awal proses.
· Pemborosan selama pemrosesan.
· Terjadi kerusakan bahan dan sisa bahan berlebihan.
· Perubahan spesifikasi produk yang belum disesuaikan
dengan standar.
· Penggantian bahan baku dari standar yang ditetapkan.
Sedangkan Supriyono
(2008:103) mengemukakan bahwa varians bahan baku dapat dianalisis menjadi :
1. Standar Harga Bahan Baku.
Adalah harga bahan baku persatuan bahan baku yang seharusnya terjadi dalam
pembelian bahan baku. Penyebab terjadinya selisih :
· Fluktuasi harga pasar bahan baku yang bersangkutan.
· Kontrak dan jangka waktu pembelian yang menguntungkan
atau tidak menguntungkan.
· Pembelian dari supplier yang lokasinya lebih
menguntungkan atau tidak menguntungkan.
· Kegagalan dalam memanfaatkan potongan pembelian.
· Tambahan pembayaran bahan baku adanya pembelian khusus
yang dilaksanakan.
· Pembelian dalam jumlah ekonomis atau tidak ekonomis.
· Faktor-faktor internal yang mengakibatkan harus
membeli bahan baku secara mendadak.
2. Kuantitas Bahan Baku
Adalah kuantitas bahan baku yang seharusnya dipakai dalam pengolahan satu
satuan produk teetentu. Penyebab terjadinya selisih adalah :
· Perubahan rancangan produk, peralatan atau metode
perolehan produk yang belum dinyatakan standar.
· Pemakaian bahan baku subtitusi yang menguntungkan atau
merugikan.
· Selisih hasil dari bahan baku yang mengakibatkan
kuantitas yang dipakai lebih besar atau lebih kecil disbanding standar.
· Kerugian bahan baku karena rusak, yang disebabkan
karyawan tidak terlatih, tidak diawasi atau teledor saat bekerja.
· Pengawasan yang terlalu kaku.
· Kurangnya peralatan atau mesin.
· Kegagalan dalam mangatur mesin atau peralatan dalam
konsisi yang baik.
Manfaat dari adanya
selisih harga, adalah :
· Selisih harga bahan baku pada dasarnya adalah tanggung
jawab dari bagian pembelian karena bagian tersebut telah membeli bahan baku
dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari banding standar. Oleh karena
itu selisih harga bahan baku dapat dipakai nilai investasi bagian pembelian.
· Perhitungan selisih harga bahan baku dapat bermanfaat
untuk harga bahan baku terhadap laba yang diperoleh perusahaan.
Manfaat adanya selisih
kuantias bahan baku, adalah :
· Menilai departemen produksi atau pabrik
· Untuk mengukur pengaruh akibat efisiensi pemakaian
bahan baku terhadap laba yang diperoleh perusahaan.
2.1.6 Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam Pengendalian Biaya
Sistem biaya standar
dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting
dalam pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya
standar ditetentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaanya secara efektif, karena pelaksana telah mengetahui
bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan dan pada tingkat biaya berapa
pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan.
Sistem biaya standar
memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk
melaksanakan kegiatan tertentu. Sistem biaya standar menyajikan analisis
penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar memungkinkan manajemen
melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip kelainan” (Excception
principle). Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaan yang
meyimpang dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi dengan alat yang
efektif untuk mengendalikan kegiatan perusahaan. Mulyadi (2009:388)
Biaya standar membantu
perencanaan dan pengendalian operasi. Biaya standar memberikan wawasan mengenai
dampak-dampak yang mungkin dari keputusan atas biaya dan laba. Biaya standar
digunakan untuk :
1. Menetapkan anggaran
2. Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan
dan mengukur efisiensi operasi.
3. Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan
mempercepat laporan keuangan.
4. Membebankan persediaan bahan baku, barang dalam proses
dan barang jadi.
5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.
Biaya standar memiliki
kelemahan. Seringkali standar cenderung manjadi kaku atau tidak fleksibel,
meskipun dalam waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan,
sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan. Perubahan standar
menimbulkan maslah persediaan. Contohnya perubahan dalam harga bahan baku
memerlukan penyesuaian terhadap persediaan, tidak saja persediaan bahan baku
tetapi juga persediaan produk dalam proses dan produk jadi yang berisi bahan
baku tersebut. Jika standar sering diperbaiki, akan meyebabkan kurang
efektifnya standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksana. Tetapi jika tidak
diadakan perbaikan standar, padahal telah terjadi perubahan yang beerarti dalam
produksi, maka akan terjadi pengukuran pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak
realistis. (Mulyadi:2009:387)
2.1.7 Prosedur Penetapan Biaya Standar
Dalam bukunya yang
berjudul akuntansi biaya, Mulyadi (2009:390) mengemukakan penentuan untuk biaya
standar dibagi kedalam tiga bagian : Biaya bahan baku standar, biaya tenaga
kerja standar dan biaya overhead standar. Untuk prosedur penetapan biaya
standar adalah sebagai berikut :
a. Biaya bahan baku standar terdiri dari :
1. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sebuah
keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan kuantitas standar.
2. Harga persatuan fisik tersebut, atau disebut juga
harga standar.
Penentuan kuantitas
standar bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai
ukuran, warna, bentuk, karakteristik pengolahan produk, maupun mutunya.
Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan :
1. Penyelidikan Teknis
2. Analisis dalam bentuk :
a. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk
atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.
b. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam
pelaksanaa oekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
c. Menghitung rata-rata bahan baku dalam pelaksanaan
pekerjaan yang paling baik.
b. Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :
1. Harga yang diperkirakan akan berlaku dimasa yang akan
datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun.
2. Harga yangh berlaku pada saat penyusunan standar.
3. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal
dalam jangka panjang.
c. Harga standar bahan baku digunakan untuk :
1. Mengecek pelaksanaan pekerjaan Departemen Pembelian.
2. Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap
laba perusahaan. Tersebut.
Harga yang akan
dipilih sebagian tergantung dari jenis fluktuasi harga yang diperkirakan dan
tujuan penggunaan biaya standar. Fluktuasi standar cenderung untuk berulang
kali terjadi dan tidak dapat dipastikan mempunyai kecenderungan turun atau
naik., maka harga normal yang tepat untuk situasi seperti ini. Jika arah
perubahan harga dimasa yang akan datang dapat diperkirakan dengan baik, maka
harga yang tepat untuk situasi ini adalah harga rata-rata dalam periode di mana
biaya standar yang akan dipakai.
Menurut Bastian
Bustani dan Nurlela (2009:272), dalam penetapan biaya bahan baku ada dua jenis
standar yang digunakan, yaitu :
1. Standar Harga Bahan Baku
Penetapan standar harga bahan baku memungkunkan untuk memantau kinerja
bagian pembelian dan mendeteksi pengaruhnya terhadap biaya bahan baku dna
mengukur dampak dari kenaikan dan penurunan harga bahan baku terhadap laba.
2. Standar Kuantitas bahan baku
Penetapan standar
kuantitas bahan baku umumnya dikembangkan berdasarkan spesifikasi hasil
penelitian yang dilakukan bagian rekayasa produk. Untuk standar pemakaian bahan
baku ini perlu diperhatikan fluktuasi pemakaian dan antisipasi persediaan.
2.1.8 Jenis Standar
Standar dapat
digolongkan atas dasar tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai berikut :
1. Standar Teoritis
Disebut juga standar ideal, yaitu
standar yang ideal yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dapat dicapai. Asumsi
yang mendasari standar teoriris ini adalah bahwa standar merupakan tingkat yang
paling efisien yang dapat dicapai oleh para pelaksana.
2. Rata-rata Biaya Waktu yang Lalu
Rata-rata biaya waktu yang lalu dapat
mengandung biaya yang tidak efisien, yang seharusnya tidak dimasukan dalam
unsur biaya standar.
3. Standar Normal
Standar normal didasarkan atas taksiran
biaya yang akan datang dibawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal.
Kenyataannya standar normal didasarkan pada biaya masa lalu yang disesuaikan
dengan taksiran biaya yang akan datang.
4. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (attainable high
performance)
Standar ini didasarkan pada tingkat
pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan memperhitungkan ketidakefisienan
kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.
Menurut Carter dan
Usry (2002 : 155), menghitung biaya standar memerlukan standar fisik. Standar
fisik standar fisik terbagi dua :
1. Standar dasar
Adalah tolak ukur yang digunakan untuk
membandingkan kinerja yang diperkirakan dengan kinerja actual.
2. Standar sekarang terbagi atas tiga jenis :
· Standar actual yang diperkirakan mencerminkan tingkat
aktifitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar ini merupakan estimasi yang
paling dekat dengan hasil yang actual.
· Standar normal mencerminkan tingkat aktifitas dan
efisiensi normal. Standar ini menantang namun dapat dicapai.
· Standar teoritis mencerminkan tingkat efektifitas dan
efisiensi maksimum. Standar ini merupakan cita-cita yang dituju bukannya
kinerja yang dapat dicapai sekarang.
2.1.9 Pengendalian
Biaya
Tanggung jawab atas
pengendalian biaya sebaiknya diberikan kepada individu-individu tertentu yang
bertanggung jawab untuk menganggarkan biaya yang berada dibawah kendali mereka.
Setiap tanggung jawab manajer sebaiknya dibatasi pada biaya dan pendapatan yang
dapat dikendalikan oleh manajer tersebut, dan kinerja secara umum diukur dengan
membandingkana antara biaya dan pendapatan actual terhadap anggaran.
Untuk membantu
mengendalikan biaya, akuntan biaya dapat menggunakan jumlah biaya yang telah
ditetapkan sebelumnya yang disebut biaya standar. Biaya standar juga dapat
dijadikan dasar untuk anggaran dan laporan biaya.
Pengendalian biaya
dipandang sebagai usaha manajemen untuk mencapai sasaran biaya dalam kegiatan
tertentu. Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
melalui program-program pengurangan biaya, perencanaan biaya, dan perhatian
yang terus menerus terhadapa pengambilan keputusan biaya dalam kaitannya dengan
pengeluaran biaya.
Selain itu
pengendalian biaya dapat dilakukan dengan membandingkan antara biaya yang di
standarkan dengan biaya sesungguhnya. Pengendalian memerlukan standar sebagai
dasar yang dipakai sebagai tolak ukur pengendalian. Biaya yang menjadi tolak
ukur disebut biaya standar.
Dalam pengendalian
biaya dengan menggunkan biaya standar akan menimbulkan selisih biaya dari biaya
sesungguhnya. Selisih yang akan timbul antara lain adalah selisih menguntungkan
dan selisih biaya merugikan, dan tidak ada selisih.
2.1.10 Manfaat
analisis Biaya Sesungguhnya dari biaya standar bagi manajemen
Henry Simamora
(2002:340) dalam bukunya yang berjudul akuntansi manajemen, selisih menyediakan
ukuran kinerja yang dapat dipakai untuk mengendalikan biaya. Jumlah selisih
memberikan sebuah ukuran signifikansi selisih. Namun sudah sepatutnya manajer
melihat lebih dari sekedar jumlah selisih, dan mencoba menetukan penyebabnya.
Selisih menguntungkan,
terjadi manakala harga atau penggunaan actual atau sesungguhnya masukan lebih
besar dari pada harga atau penggunaan standar. Seandainya terjadi hal
sebaliknya, maka yang muncul adalah selisih menguntungkan. Selisih
menguntungkan dan selisih tidak menguntungkan tidak identik dengan selsih baik
dan selisih buruk. Terminologi menguntungkan dan tidakmengungkan menunjuk ke
hubungan harga dan kuantitas actual atau sesungguhnya. Apakah selish itu
sifatnya baik atau buruk akan tergantung pada mengapa selisih itu dapat
terjadi. Penentuan mengapa selisih tersebut muncul tentunya memerlukan langkah
investigasi selisih yang dilakukan oleh manajer.
2.2 Analisis
Penyimpangan Biaya sesungguhnya dari Biaya Standar
Penyimpangan biaya
sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Mulyadi
(2009:395). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar
dianalisis dan dari analisis ini dapat diselidiki penyebab terjadinya
penyimpangan dan selisih dari biaya standar dan biaya sesungguhnya, untuk
kemudian dijalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan.
Terdapat tiga model
selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar, Mulayadi (2009:395), yaitu :
1. Model Satu Selisih (The One Way Model)
Dalam masalah ini,
selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah kedalam
selish harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang
merupakan gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas.
Hasil perhitungan
selisih diberi tanda L (selisis laba atau selisih yang menguntungkan) dan tanda
R (selish rugi). Analisis dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus
sebagai berikut :
St = (HSt x KSt)
– (HS x KS)
Keterangan :
KSt = Kuantitas
Standar
KS = Kuantitas
Sesungguhnya
HSt = Harga
Standar
HS = Harga
Sesungguhnya
2. Model Dua Selisih (The Two Way Model)
Dalam model analisis
ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi dua
macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas. Rumus
perhitungan selisih dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
a. Selisih Harga Biaya Bahan Baku
SH = (HSt – HS) x KS
b. Selisih Kuantitas Bahan Baku
SK = (KSt – KS) x HSt
Dalam hubungannya
dengan biaya bahan baku, analisis selisih biaya bahan baku menjadi selisih
harga dan selisih kuantitas ditujukan untuk membebankan tanggung jawab
terjadinya masing-masing jenis selisih tersebut kepada manajer fungsi
pembelian, sedangkan selisih kuantitas menjadi tanggung jawab manajer produksi.
3. Model Tiga Selisih (The Three Way Model)
Dalam model ini,
selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi tiga
macam yaitu selish harga, selisih kuantitas dan selisih harga/kuantitas. Model
dua selisih menadi tidak teliti untuk memisahkan selisih harga dan kuantitas
jika harga dan kuantitas masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga
dan kuantitas sesungguhnya atau jika kuantitas sesungguhnya lebih tinggi dari
kuantitas standar, begitu pula sebaliknya .
a. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar
atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya.
b. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya dan
kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya.
c. Harga standar lebih tinggi dari
harga sesungguhnya dan kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas
sesungguhnya.
Harga standar dan
Kuantitas Standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga
sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya. Rumus perhitungan selisih harga dan
kuantitas dalam kondisi harag standar dan kuantitas standar masing-masing lebih
rendah dari harga sesungguhnyadan kuantitas sesungguhnya dapat dinyatakan dlam
persamaan berikut ini :
SH = (HSt – HS) x KSt Selisih harga
Bahan Baku
SK = (KSt – KS) x HSt Selisih
kuantitas bahan baku
SHK = (HSt – HS) x (KSt –
KS) Selisih harga/kuantitas bahan baku
2.3 Kajian
penelitian Sejenis
Dalam penulisan ilmiah ini penulis
melakukan penelitian sejenis dari :
1. Penelitian dengan judul “Biaya Standar sebagai Alat Varians Biaya Bahan
Baku pada PT. Kaos Aseli’ disusun oleh Windu Muharram Kholiq Fajar Fahlevi
(2005). Menyimpulkan :
a. Setelah dilakukan analisis biaya bahan baku dengan
model dua selisih pada PT. Kaos Aseli tahu 2000, diketahui terjadi selisih
harga yang menguntungkan dan selisih kuantitas yang merugikan. Selisih harga
yang menguntungkan ini dikarenakan perusahaan mampu memanfaatkan potongan harga
yang diberikan oleh supplier untuk bahan baku yang diperoleh. Sedangkan selisih
harga yang merugikan, dikarenakan pemakaian bahan baku yang sesungguhnya lebih
besar dari bahan baku yang distandarkan, dan kurangnya pengawasan yang
dilakukan bagian produksi sehingga bahan baku banyak yang rusak.
2. Penelitian dengan judul “Pengendalian Bahan Baku Pada Perusahaan Roti DJ
Bakery” disusun oleh Achmad Rizkiansyah (2007). Menyimpulkan :
a. Perhitungan selisih biaya bahan baku dengan
menggunakan model satu selisih, dua selisih dan tiga selisih perusahaan
mendapatkan selisih biaya bahan baku yang menguntungkan sebesar Rp. 1.602.575.
Hal ini disebabkan karena perusahaan mempunyai karyawan yang terlatih sehingga
dalam proses produksi pembuatan roti hanya terjadi sedikit kerusakan pada
adonan dan pemborosan pemakaian bahan baku. Selain itu perusahaan juga
melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak dan memanfaatkan diskon yang
diberikan oleh supplier. Dalam hal ini pengendalian biaya standar dalam
perusahaan roti DJ Bakery sudah efektif.
No comments:
Post a Comment