Saturday, June 28, 2014

makalah manajemen keuangan analisa rasio

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan oleh karena itu untuk  mengetahui Kinerja laporan keuangan tersebut kita memerlukan suatu analisis, analisis-analisis ini lah yang harus dipahami oleh kita baik sebagai manajemen perusahaan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan ataupun sebagai investor jika kita ingin menginvestasikan harta kita terhadap suatu perusahaan.
Oleh karena itu untuk Membantu penganalisis agar mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan kita bisa menggunakan analisis rasio seperti : rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio provitabilitas, dan rasio harga pasar selain itu bisa juga digunakan analisis lain seperti sistem du pont, common size, perbandingan dan sebagainya untuk menganalisa suatu perusahaan tersebut.
Oleh sebab itu maka diperlukanlah pemahaman yang matang untuk mengkaji laporan keuangan suatu perusahaan untuk melakukan tindakan atau pun pengambilan keputusan.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan makala seperti demikian :
1.Apa yang dimaksud Laporan keuangan?
2.Apa saja yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan?
3. Apa yang dimaksud analisis rasio?
C. Pemabatasan Masalah
          Masalah yang di ambil dalam makalh ini adalah:
1.pengertian laporan keuangan
2.Pengertian analisis-analisis laporan keuangan
D. Tujuan Penulisan
                      Dengan adanya makalah ini di harapkan khususnya saya sebagai penulis dan umunnya kepada semua yang membaca makalah ini mampu menguasai analisis rasio, sistem du pont dan Common size.










BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan adalah merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) : ” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk:
1.      Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet).
2.      Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama Laporan Laba Rugi (Income Statement).
3.      Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity atau Statement of Stockholders Equity).
4.      Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.

2. Tujuan Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai “alat pengujian” dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban- kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 3) tujuan dari laporan keuangan adalah:
1.      Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.      Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
3.      Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.



4.      Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitanya dengan:
a.      Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan segala kewajiban-kewajibannya pada saat sini dengan situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa yang akan datang.
b.      Kemampuan perusahaan dalam menarik manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki sarana yang dibutuhkan atau kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman (financing) atau penerbitan saham (stock issue).
c.       Kemampuan perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat membayar bunga pinjaman dan dividen.
3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan.
Menurut Woelfel (1997, hal 28) laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas:
A.     Neraca (Balance Sheet).
“Neraca adalah suatu bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan keadaan dari suatu unit usaha pada tanggal tertentu yang terdiri atas dua bagian yaitu aktiva dan pasiva. Aktiva dapat dikategorikan sebagai investasi yang dilakukan dalam perusahaan sedangkan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut dan jumlah kedua bagian ini harus sama.” Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 152) :
“Neraca adalah merupakan laporan pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutangnya (kewajiban) dan klaim kepemilikan terhadap sumber daya (ekuitas pemilik).” Neraca sendiri dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk T (T Form) dan bentuk L (L Form). Di dalam bentuk T form semua harta perusahaan ditempatkan pada sisi bagian kiri neraca dengan judul aktiva (assets), sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada sisi kanan neraca dengan judul pasiva (Liabilities and Stockholders’ Equity). Dalam bentuk L form, semua harta perusahaan ditempatkan pada bagian atas neraca, sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada bagian bawah neraca. Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 164) keterbatasan neraca antara lain adalah:
1.      Sumber daya dan kewajiban entitas biasanya disajikan menurut harga perolehan (historical cost) pada saat terjadinya sehingga menjadi tidak relevan untuk melakukan evaluasi kekayaan perusahaan.
2.      Ketidakstabilan nilai mata uang menyebabkan neraca tidak mencerminkan daya beli konstan. Akibatnya, neraca mencerninkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan daya beli yang tidak sama.
3.      Sulitnya untuk melakukan perbandingan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya karena masing-masing perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan semua pos yang hampir sama secara seragam.
4.      Dalam hal pengukuran, ada beberapa sumber daya dan kewajiban entitas tidak dilaporkan ke dalam neraca (Off Balance Sheet Items).

B. Laporan Laba Rugi (Income Statement).
Laporan laba rugi adalah suatu laporan utama akuntan dalam mengukur kinerja ekonomi suatu usaha, yaitu pendapatan dikurangi dengan biaya-biaya selama periode akuntansi tertentu.Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) laporan laba rugi dalam penyajiannya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1.      Single step model
Adalah bentuk laporan laba rugi yang dilakukan pengelompokan- pengelompokan atas pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha tetapi hanya dipisahkan antara pendapatan-pendapatan dan laba dengan biaya-biaya kerugian.
2.      Multistep model
Adalah bentuk laporan laba rugi dimana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan tertentu.
C. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement).
Laporan arus kas adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini dibuat dengan melakukan perbandingan antara neraca di awal periode dengan neraca di akhir periode serta menggunakan pos-pos kunci di dalam laporan laba rugi. Dalam penyajiannya, menurut Hackel dan Livnat (1996, hal 146-164), Laporan arus kas dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
1. Aktivitas operasional (Operating).
Adalah kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya yang tidak termasuk di dalam kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan. Secara lebih jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan operasional meliputi arus kas dari kegiatan produksi, distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari kegiatan operasi adalah arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang ikut menentukan laba bersih.
2. Aktivitas Investasi (Investing).
Adalah kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan piutang, pengembalian persediaan barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta penjualan ekuitas dan harta kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva produktif lainnya, yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan produksi barang dan jasa.
3. Aktivitas pendanaan atau pembiayaan (Financing).
Adalah kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari para pemilik dan pemberian hasil atas investasi yang telah dilakukan, peminjaman, serta pembayaran kembali hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan kepada pemilik, dan perolehan serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal dari pembiayaan jangka panjang.







4. Analisis Laporan Keuangan  Sistem Common-Size
Analisis laporan keuangan common-size berguna dalam memahami pembentuk internal laporan keuangan. Sebagai contoh, analisis common-size menekankan pada dua factor :
1. sumber pendanaan termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar, kewajiban tak lancar dan ekuitas.
2.  komposisi aktiva termasuk jumlah untuk masing-masing aktiva lancar dan aktiva tak lancar.

Sebuah laporan laba rugi siap untuk analisis common-size karena setiap pos terkait dengan angka  kunci seperti penjualan. Dalam berbagai tingkatan, penjualan mempengaruhi hampir seluruh beban dan berguna untuk mengetahui berapa persen dari penjualan yang diwakili oleh tiap pos-pos beban. Pengecualian berlaku untuk pajak penghasilan, yang terkait dengan laba sebelum pajak bukan penjualan. Keterbatasan utama laporan keuangan common-size untuk analisis antar perusahaan adalah kegagalannya untuk mencerminkan ukuran relatif perusahaan yang di analisis. 

5. Analisis laporan keuangan Sistem Du Pont
Menurut Agnes Sawir (2001;26) analisis Du Pont merupakan pendekatanterpadu terhadap analisis rasio keuangan. Bagan Du Pont mula - mula dikembangkan oleh manajemen Du Pont Corporation untuk pengendalian divisi.Analisis Du Pont menggabungkan rasio - rasio aktivitas dan profit margin, dan menunjukkan bagaimana rasio - rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva - aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran dikalikan dengan marjin laba penjualan, hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian investasi (ROI).

Rumus sistem Du Pont

            Laba bersih X Penjualan = ROA
            Penjualan         Total Aktiva

6. Analisis Rasio
Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Rasio paling bermanfaat bile berorientasi ke depan artinya kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan.
A. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo Rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Aktiva lancar dengan Utang Lancar. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahuikesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.
Rasio Lancar =             Aktiva Lancar
             Utang Lancar 
Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang rasio lancarnya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio).
Rasio ini dihitung dengan mengurangkan Persediaan dari Aktiva Lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan Utang Lancar.
Rasio Cepat =              Aktiva Lancar - Persediaan
         Utang Lancar
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat yang umumnya dianggap baik adalah 1 (satu).
B. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang dan dainnya). Atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari - hari . Adapun sebagian dari rasio – rasio aktivitas adalah sebagai berikut :

1. Perputaran piutang (turnover receivable)
Digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang tertanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika semakin rendah maka ada over investment dalam piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata piutang. Rumusan untuk mencari turnover receivable adalah sebagai berikut :
Turnover receivable =    Penjualan kredit
 Rata – rata piutang
Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga menghitung hari rata – rata penagihan piutang (days of receivable). Rumus yang digunakan adalah :
Days of receivable =    Piutang rata – rata x 360
               Penjualan kredit
2. Perputaran persediaan (inventory turnover )
Digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam inventory ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan (inventory turnover). Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini maka semakin jelek, demikian pula sebaliknya. Cara mencarinya adalah dengan membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan rata – rata persediaan. Namun apabila tidak ada harga pokok maka dapat digunakan sebagai perhitungan adalah penjualan (sales) dengan rata – rata persediaan dan biasanya dalam hitungan tahun. Rumus untuk mencari inventory turnover digunakan adalah sebagai berikut :
Inventory turnover =                Penjualan
                        persediaan
3. Fixed assets turnover
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dan biasanya rasio ini dinyatakan dalam desimal. Rumus untuk mencari fixed assets turnover digunakan adalah sebagai berikut :
Fixed assets turnover =            Sales
               Total fixed assets
4. Asset turnover
Digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap Rupiah aktiva dan biasanya rasio ini dinyatakan dengan desimal. Rumus untuk mencari assets turnover digunakan adalah sebagai berikut :
Assets turnover =         Sales
                  Total assets
C. Rasio profitabilitas (profitability ratio)
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Rasio profitabilitas ini terdiri dari:


1. Profit margin (profit margin on sales)
Rasio ini mengukur perbandingan antara profit margin dengan penjualan, dan diukur dalam persentase. Rumus untuk mencari profit margin digunakan adalah sebagai berikut :
Net profit margin =           Net profit margin after tax
             Net sales
2. Rasio Daya Laba Dasar (Basic Earning Power Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Sebelum Pajak dan Biaya Bunga/EBIT (Earning Before Income and Tax) dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pengaruh pajak serta bunga. Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat bunga yang berbeda.
Basic Earning Power =                  E B I T
                     Total Aktiva
3. Rasio Pengembalian Atas Total Aktiva atau ROA (Return on Assets Ratio)
.          ROA sering disamakan dengan ROI (Return on Investment). Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Bersih dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.
ROI =                    Laba Bersih
                        Total Aktiva




4. Rasio Pengembalian Atas Ekuitas atau ROE (Return on Equity Ratio).
Rasio ini dihitung dengan membagi Laba Bersih dengan Ekuitas. Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.
ROE =              Laba Bersih
   Ekuitas
D. Rasio Penilaian Pasar
Sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio penilaian yang umum digunakan:
1. Rasio Harga terhadap Laba atau PER (Price to Earnings Ratio).
Rasio harga per saham terhadap laba per saham.
Rasio Harga terhadap Laba =               Harga per Saham
                           Laba per Saham
2. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (Market to Book Ratio).
Rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya.
Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku =        Harga per Pasar
                  Nilai Buku per Saham
3. Rasio harga pasar terhadap arus kas

Rasio harga pasar terhadap arus kas =             Harga per saham
                                                                       
                                                                                 Arus kas per saham

4. Rasio harga pasar terhadap nilai buku

Rasio harga pasar terhadap nilai buku =           Harga pasar per saham
 


                                                                                      Nilai buku per saham



7. Manfaat analisis rasio keuangan
Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan. Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi.
Dengan menggunakan analisis rasio ini penganalisis dapat mengmenyimpulkan baik atupun buruknya kinerja suatu perusahaan yang bersangkutan, Selain itu analisis rasio ini juga bisa digunakan sebagai standar evaluasi kinerja perusahaan bagi pihak perusahaan itu sendiri.















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan keuangan adalah merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan yang memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) : ” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Addapun analisis-analisis yang digunakan di antaranya adalah sistem Common-size, sistem Du pont, dan analisis rasio. Selain analisis-analisis ini masih banyak lagi analisis lain yang mungkin digunakan untuk menganalisis laporan. Yang bertujuan sama untuk melihat kemampuan kinerja perusahaan yang bersangkutan.








DAFTAR PUSTAKA

Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta, 2001
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2001.

J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta, 1999.

No comments:

Post a Comment