BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran
kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari
kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna
bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas
lain di luar perusahaan oleh karena itu untuk
mengetahui Kinerja laporan keuangan tersebut kita memerlukan suatu
analisis, analisis-analisis ini lah yang harus dipahami oleh kita baik sebagai
manajemen perusahaan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan ataupun sebagai
investor jika kita ingin menginvestasikan harta kita terhadap suatu perusahaan.
Oleh karena
itu untuk Membantu penganalisis agar mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan
perusahaan kita bisa menggunakan analisis rasio seperti : rasio aktivitas,
rasio likuiditas, rasio provitabilitas, dan rasio harga pasar selain itu bisa
juga digunakan analisis lain seperti sistem du pont, common size, perbandingan
dan sebagainya untuk menganalisa suatu perusahaan tersebut.
Oleh sebab
itu maka diperlukanlah pemahaman yang matang untuk mengkaji laporan keuangan
suatu perusahaan untuk melakukan tindakan atau pun pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat di rumuskan makala seperti demikian :
1.Apa yang dimaksud Laporan keuangan?
2.Apa saja yang harus dicantumkan dalam laporan
keuangan?
3. Apa yang dimaksud analisis rasio?
C. Pemabatasan Masalah
Masalah yang di ambil dalam makalh
ini adalah:
1.pengertian laporan keuangan
2.Pengertian analisis-analisis laporan keuangan
D. Tujuan Penulisan
Dengan adanya makalah ini di harapkan khususnya saya sebagai penulis dan
umunnya kepada semua yang membaca makalah ini mampu menguasai analisis rasio,
sistem du pont dan Common size.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran
kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan adalah merupakan hasil dari
kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang
berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun
entitas-entitas lain di luar perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
(2007, hal 7) : ” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara
misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk:
1. Mengetahui
posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan
historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai
aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet).
2. Mengetahui
posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan
historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai
penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama
Laporan Laba Rugi (Income Statement).
3. Mengetahui
posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan
historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang
dikenal dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity
atau Statement of Stockholders Equity).
4. Setiap
laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari
transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Pada awalnya
laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai “alat
pengujian” dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk
selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai
dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan
perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut, maka
pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Melalui
laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajiban- kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang,
struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari
penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban
tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap
lembar saham perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) (2007, hal 3) tujuan dari laporan keuangan adalah:
1.
Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2.
Laporan
keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari
sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari
berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
3.
Laporan
keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship)
atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa
yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar
mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup
keputusan untuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan
atau keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.
4.
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk mengetahui
kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitanya dengan:
a. Kemampuan perusahaan untuk
melaksanakan segala kewajiban-kewajibannya pada saat sini dengan situasi yang
kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa yang akan datang.
b. Kemampuan perusahaan dalam menarik
manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis ataupun perluasan bisnis. Hal ini
sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki sarana yang dibutuhkan atau
kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman (financing) atau penerbitan
saham (stock issue).
c. Kemampuan perusahaan untuk secara
berkesinambungan untuk dapat membayar bunga pinjaman dan dividen.
3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan.
Menurut
Woelfel (1997, hal 28) laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh
perusahaan terdiri atas:
A.
Neraca (Balance Sheet).
“Neraca
adalah suatu bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan keadaan dari suatu
unit usaha pada tanggal tertentu yang terdiri atas dua bagian yaitu aktiva dan
pasiva. Aktiva dapat dikategorikan sebagai investasi yang dilakukan dalam
perusahaan sedangkan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk
investasi tersebut dan jumlah kedua bagian ini harus sama.” Menurut Smith dan
Skousen (2007, hal 152) :
“Neraca adalah merupakan laporan pada
suatu saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutangnya
(kewajiban) dan klaim kepemilikan terhadap sumber daya (ekuitas pemilik).”
Neraca sendiri dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk T (T Form) dan
bentuk L (L Form). Di dalam bentuk T form semua harta perusahaan
ditempatkan pada sisi bagian kiri neraca dengan judul aktiva (assets),
sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada sisi kanan neraca dengan judul
pasiva (Liabilities and Stockholders’ Equity). Dalam bentuk L form,
semua harta perusahaan ditempatkan pada bagian atas neraca, sedangkan hutang
dan modal ditempatkan pada bagian bawah neraca. Menurut Smith dan Skousen
(2007, hal 164) keterbatasan neraca antara lain adalah:
1.
Sumber
daya dan kewajiban entitas biasanya disajikan menurut harga perolehan (historical
cost) pada saat terjadinya sehingga menjadi tidak relevan untuk melakukan
evaluasi kekayaan perusahaan.
2.
Ketidakstabilan
nilai mata uang menyebabkan neraca tidak mencerminkan daya beli konstan.
Akibatnya, neraca mencerninkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan daya
beli yang tidak sama.
3.
Sulitnya
untuk melakukan perbandingan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lainnya karena masing-masing perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan
semua pos yang hampir sama secara seragam.
4.
Dalam
hal pengukuran, ada beberapa sumber daya dan kewajiban entitas tidak dilaporkan
ke dalam neraca (Off Balance Sheet Items).
B. Laporan Laba Rugi
(Income Statement).
Laporan laba
rugi adalah suatu laporan utama akuntan dalam mengukur kinerja ekonomi suatu
usaha, yaitu pendapatan dikurangi dengan biaya-biaya selama periode akuntansi
tertentu.Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) laporan laba rugi dalam
penyajiannya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1.
Single
step model
Adalah bentuk laporan laba rugi yang dilakukan
pengelompokan- pengelompokan atas pendapatan dan biaya ke dalam
kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha tetapi hanya dipisahkan antara
pendapatan-pendapatan dan laba dengan biaya-biaya kerugian.
2.
Multistep
model
Adalah bentuk laporan laba rugi
dimana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan
biaya-biaya yang disusun dalam urutan tertentu.
C. Laporan Arus Kas (Cash Flow
Statement).
Laporan arus
kas adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini dibuat dengan melakukan
perbandingan antara neraca di awal periode dengan neraca di akhir periode serta
menggunakan pos-pos kunci di dalam laporan laba rugi. Dalam penyajiannya,
menurut Hackel dan Livnat (1996, hal 146-164), Laporan arus kas dibagi dalam
tiga kelompok yaitu:
1. Aktivitas operasional (Operating).
Adalah kelompok yang meliputi seluruh
transaksi dan kegiatan lainnya yang tidak termasuk di dalam kegiatan investasi
maupun pembiayaan perusahaan. Secara lebih jelas, arus kas yang berasal dari
kegiatan operasional meliputi arus kas dari kegiatan produksi, distribusi
barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari kegiatan operasi adalah arus kas
hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang ikut menentukan laba bersih.
2. Aktivitas Investasi (Investing).
Adalah kelompok yang meliputi
pembelian dan penagihan piutang, pengembalian persediaan barang dagang,
pembayaran pinjaman, pengadaan serta penjualan ekuitas dan harta kekayaan
perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva produktif lainnya,
yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan produksi barang dan
jasa.
3. Aktivitas pendanaan atau
pembiayaan (Financing).
Adalah kelompok yang meliputi
perolehan sumber daya dari para pemilik dan pemberian hasil atas investasi yang
telah dilakukan, peminjaman, serta pembayaran kembali hutang oleh pemiliknya
atau sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan kepada pemilik, dan perolehan
serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal dari pembiayaan jangka
panjang.
4. Analisis
Laporan Keuangan Sistem Common-Size
Analisis laporan keuangan common-size berguna dalam
memahami pembentuk internal laporan keuangan. Sebagai contoh, analisis
common-size menekankan pada dua factor :
1. sumber
pendanaan termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar, kewajiban tak
lancar dan ekuitas.
2. komposisi aktiva termasuk jumlah untuk
masing-masing aktiva lancar dan aktiva tak lancar.
Sebuah laporan laba rugi siap untuk analisis common-size
karena setiap pos terkait dengan angka kunci
seperti penjualan. Dalam berbagai tingkatan, penjualan mempengaruhi hampir
seluruh beban dan berguna untuk mengetahui berapa persen dari penjualan yang
diwakili oleh tiap pos-pos beban. Pengecualian berlaku untuk pajak penghasilan,
yang terkait dengan laba sebelum pajak bukan penjualan. Keterbatasan utama
laporan keuangan common-size untuk analisis antar perusahaan adalah
kegagalannya untuk mencerminkan ukuran relatif perusahaan yang di
analisis.
5. Analisis laporan keuangan Sistem Du Pont
Menurut Agnes Sawir (2001;26) analisis Du Pont merupakan
pendekatanterpadu
terhadap analisis rasio keuangan. Bagan Du Pont mula - mula dikembangkan oleh
manajemen Du Pont Corporation untuk pengendalian divisi.Analisis Du Pont menggabungkan rasio
- rasio aktivitas dan profit margin,
dan menunjukkan bagaimana rasio - rasio tersebut berinteraksi
untuk menentukan profitabilitas aktiva - aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika
rasio perputaran dikalikan dengan marjin laba penjualan, hasilnya adalah
tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian
investasi (ROI).
Rumus sistem Du Pont
Laba
bersih X Penjualan = ROA
Penjualan Total Aktiva
6. Analisis Rasio
Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan
menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk
dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Rasio
paling bermanfaat bile berorientasi ke depan artinya kita sering menyesuaikan
faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di
masa depan.
A. Rasio Likuiditas (Liquidity
Ratio).
Merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang
akan jatuh tempo Rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio).
Rasio
ini dihitung dengan membagi Aktiva lancar dengan Utang Lancar. Rasio lancar
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahuikesanggupan
memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh
tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan
menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.
Rasio Lancar = Aktiva
Lancar
Utang Lancar
Rasio lancar
yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas.
Sebaliknya suatu perusahaan yang rasio lancarnya terlalu tinggi juga kurang
bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampulabaan perusahaan.
2. Rasio Cepat (Quick
Ratio).
Rasio ini
dihitung dengan mengurangkan Persediaan dari Aktiva Lancar dan kemudian membagi
hasilnya dengan Utang Lancar.
Rasio Cepat = Aktiva
Lancar - Persediaan
Utang Lancar
Persediaan
merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering
mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian
jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat yang
umumnya dianggap baik adalah 1 (satu).
B. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan
(penjualan, persediaan, penagihan piutang dan dainnya). Atau rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari - hari .
Adapun sebagian dari rasio – rasio aktivitas adalah sebagai berikut :
1. Perputaran piutang (turnover
receivable)
Digunakan
untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa
kali dana yang tertanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin
tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang
semakin rendah (bandingkan dengan rasio sebelumnya) dan tentunya kondisi ini
bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika semakin rendah maka ada over
investment dalam piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan
membandingkan antara penjualan kredit dengan rata piutang. Rumusan untuk
mencari turnover receivable adalah sebagai berikut :
Turnover receivable = Penjualan kredit
Rata – rata piutang
Bagi bank yang akan memberikan kredit
perlu juga menghitung hari rata – rata penagihan piutang (days of receivable).
Rumus yang digunakan adalah :
Days of receivable = Piutang rata – rata
x 360
Penjualan kredit
2. Perputaran persediaan (inventory
turnover )
Digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam inventory ini berputar dalam
satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan (inventory
turnover). Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan
diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini maka semakin jelek, demikian
pula sebaliknya. Cara mencarinya adalah dengan membandingkan antara harga pokok
barang yang dijual dengan rata – rata persediaan. Namun apabila tidak ada harga
pokok maka dapat digunakan sebagai perhitungan adalah penjualan (sales) dengan
rata – rata persediaan dan biasanya dalam hitungan tahun. Rumus untuk mencari inventory
turnover digunakan adalah sebagai berikut :
Inventory turnover = Penjualan
persediaan
3. Fixed assets turnover
Merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap berputar dalam satu periode. Caranya adalah membandingkan antara
penjualan bersih dengan aktiva tetap dan biasanya rasio ini dinyatakan dalam
desimal. Rumus untuk mencari fixed assets turnover digunakan adalah
sebagai berikut :
Fixed assets turnover = Sales
Total fixed assets
4. Asset turnover
Digunakan
untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan. Kemudian juga mengukur
berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap Rupiah aktiva dan biasanya
rasio ini dinyatakan dengan desimal. Rumus untuk mencari assets turnover digunakan
adalah sebagai berikut :
Assets turnover = Sales
Total assets
C. Rasio profitabilitas (profitability
ratio)
Rasio
profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen
suatu perusahaan. Rasio profitabilitas ini terdiri dari:
1. Profit margin (profit
margin on sales)
Rasio ini
mengukur perbandingan antara profit margin dengan penjualan, dan diukur
dalam persentase. Rumus untuk mencari profit margin digunakan adalah
sebagai berikut :
Net profit margin = Net
profit margin after tax
Net sales
2. Rasio Daya Laba Dasar (Basic
Earning Power Ratio).
Rasio ini
dihitung dengan membagi Laba Sebelum Pajak dan Biaya Bunga/EBIT (Earning Before
Income and Tax) dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan
menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pengaruh pajak serta bunga.
Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak
yang berbeda dan tingkat bunga yang berbeda.
Basic Earning Power =
E B I T
Total
Aktiva
3. Rasio Pengembalian Atas Total
Aktiva atau ROA (Return on Assets Ratio)
. ROA
sering disamakan dengan ROI (Return on Investment). Rasio ini dihitung dengan
membagi Laba Bersih dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak
laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.
ROI = Laba
Bersih
Total Aktiva
4. Rasio Pengembalian Atas Ekuitas
atau ROE (Return on Equity Ratio).
Rasio ini
dihitung dengan membagi Laba Bersih dengan Ekuitas. Rasio ini memperlihatkan
sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur
tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
atau pemegang saham perusahaan.
ROE = Laba
Bersih
Ekuitas
D. Rasio Penilaian Pasar
Sekumpulan
rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per
saham. Rasio penilaian yang umum digunakan:
1. Rasio Harga terhadap Laba atau PER
(Price to Earnings Ratio).
Rasio harga per saham terhadap laba
per saham.
Rasio Harga terhadap Laba = Harga
per Saham
Laba per Saham
2. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai
Buku (Market to Book Ratio).
Rasio harga pasar saham terhadap
nilai bukunya.
Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku = Harga per Pasar
Nilai
Buku per Saham
3. Rasio harga pasar terhadap arus kas
Rasio harga pasar terhadap arus kas = Harga
per saham
Arus kas per saham
4. Rasio harga pasar terhadap nilai buku
Rasio harga pasar terhadap nilai buku = Harga pasar per saham
Nilai buku per saham
7. Manfaat analisis rasio keuangan
Membantu
penganalisis untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan yg
bersangkutan. Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar
untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio
perusahaan dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara
dominan beroperasi.
Dengan
menggunakan analisis rasio ini penganalisis dapat mengmenyimpulkan baik atupun
buruknya kinerja suatu perusahaan yang bersangkutan, Selain itu analisis rasio
ini juga bisa digunakan sebagai standar evaluasi kinerja perusahaan bagi pihak
perusahaan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan keuangan adalah merupakan hasil dari kegiatan operasi
normal perusahaan yang memberikan informasi keuangan yang berguna bagi
entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di
luar perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) : ”
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan
arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Addapun analisis-analisis yang digunakan di antaranya adalah
sistem Common-size, sistem Du pont, dan analisis rasio. Selain
analisis-analisis ini masih banyak lagi analisis lain yang mungkin digunakan
untuk menganalisis laporan. Yang bertujuan sama untuk melihat kemampuan kinerja
perusahaan yang bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Munawir, Analisa Laporan Keuangan,
Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta, 2001
Sofyan Syafri Harahap, Analisis
Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo, Jakarta,
2001.
J. Fred Weston dan Thomas E.
Copeland, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta, 1999.
No comments:
Post a Comment