Proses Investasi
Secara umum, proses
investasi adalah sebagai berikut:
1. Penentuan tujuan (kebijakan) investasi
Pada tahap ini,
investor perlu mengetahui apakah yang
menjadi tujuan (kebutuhan) sebenarnya dari kegiatan investasinya. Selain itu juga ditentukan
berapa dana yang akan ditanamkan dalam investasi tersebut, dan berapa lama dana
tersebut ditanamkan (time horizone).
Karena terdapat
hubungan yang positif antara risiko dan return
untuk strategi investasi, maka yang
tepat bagi seorang investor adalah
menyatakan tujuannya untuk memperoleh
keuntungan tertentu dengan memahami
bahwa ada kemungkinan terjadinya
kerugian. Tujuan investasi seharusnya dinyatakan dalam return maupun risiko.
Seorang bapak dengan
tiga orang anak, mungkin akan menginvestasikan
sebagian gajinya untuk ditabung
atau didepositokan sehingga pada belasan
tahun berikutnya dapat menyediakan kebutuhan
dana pendidikan anak-anaknya.
Lain halnya dengan
seorang manajer muda yang memiliki gaji
tinggi dan setelah mencukupi segala kebutuhan memiliki sisa dana kas yang
besar. Tujuan investasinya mungkin untuk meningkatkan nilai kekayaannya dalam
jangka pendek dengan jalan membeli saham di Bursa Efek.
2. Penentuan tingkat risiko yang dapat diterima
Pada tahap ini,
investor harus menentukan berapa besar tingkat risiko yang dapat ditolerir (acceptable risk) sehubungan dengan
investasi yang dilakukannya.
Seseorang yang
cenderung bersifat menghindari risiko (risk
averse) tentunya akan memilih
risiko yang minim dengan konsekuensi
mendapatkan tingkat keuntungan yang
relatif lebih rendah. Mereka
memilih jenis investasi yang relatif aman, seperti Deposito, Surat Utang
Negara, Sertifikat Bank Indonesia, dll
Seseorang yang
cenderung bersifat berani mengambil risiko (risk
taker) akan memilih jenis investasi
yang berisiko tinggi asalkan juga menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Contoh investasi
ini adalah saham. Pengukuran tingkat risiko merupakan analisis yang cukup rumit.
Beberapa risiko yang
ditakutkan orang ketika akan melakukan investasi, yaitu :
a)
Penurunan Nilai Investasi
b)
Likuiditas atau Sulitnya Produk Investasi itu Dijual
c)
Return Investasi Tidak Sebesar Kenaikan Harga Barang dan Jasa
3. Analisis Sekuritas
Pada tahap ini
dilakukan analisis dan perhitungan tingkat risiko dan keuntungan dari
masing-masing jenis aset investasi yang
dipertimbangkan. Hasil dari analisis tersebut berupa identifikasi kategori
potensial dari aset yang akan mwnjadi masukan pada tahap berikutnya dalam
membentuk portfolio yang optimal.
Analisis yang sering
dilakukan pada tahap ini adalah analisis
sekuritas, yang meliputi penilaian terhadap
sekuritas secara individual (atau kelompok sekuritas) yang tujuannya mengidentifikasikan
sekuritas yang harganya tidak tepat (misprice),
baik overvalue/overprice maupun undervalue/underprice dibandingkan nilai sesungguhnya (true value).
Analisis sekuritas
dilakukan melalui analisis teknis dan/atau analisis fundamental.
Analisis Teknis dilakukan melalui
studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan harga saham pada masa mendatang. Harga pasar
tersebut dianalisis untuk menentukan
tren/pola harganya. Dengan mengidentifikasi pola yang muncul, analis
berharap dapat meramalkan dengan tepat gerakan
harga pada masa depan.
Analisis Fundamental dilakukan melalui
analisis atas informasi laporan keuangan suatu perusahaan dimulai dengan pernyataan bahwa nilai intrinsik dari aset
finansial sama dengan nilai sekarang (present
value) dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima pemilik aset.
Analis akan berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan
mengkonversikannya menjadi sekarang dengan menggunakan tingkat diskon yang
tepat.
Jika dihubungkan dengan
saham, maka analis fundamental akan
meramalkan pendapatan per saham
berupa dividen, yang tentunya dipengaruhi oleh kondisi usaha dan keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Jika nilai sesungguhnya (true
value) dari saham tersebut dapat
ditentukan, maka nilai tersebut akan diperbandingkan dengan harga pasar saham
tersebut saat ini untuk melihat apakah saham tersebut telah dihargai dengan
tepat.
Jika true value < harga pasar saat ini,
maka nilai saham tersebut dikatakan over
valued atau over priced.
Jika true value > harga pasar saat ini,
maka nilai saham tersebut dikatakan under
valued atau under priced.
Besarnya perbedaan
nilai tersebut merupakan informasi yang
penting. Analis fundamental yakin bahwa harga
saham tersebut yang tidak (belum)
tepat akan dikoreksi oleh pasar (market)
dimasa depan. Artinya, jika harga saham dinilai under valued, maka akan berpeluang mengalami kenaikan harga di masa
datang. Dan sebaliknya, jika harga saham
dinilai over valued, maka akan
berpeluang mengalami penurunan harga dimasa datang.
4. Pembentukan portfolio yang optimal
Portfolio dapat
diartikan sebagai sekumpulan investasi.
Pada tahap ini, yang dilakukan adalah pemilihan
(identifikasi) aset khusus mana yang dijadikan investasi dan menentukan
alokasi/porsi dana untuk investasi tersebut untuk tiap aset investasi, masalah
selektifitas, penentuan waktu (timing) dan diversifikasi menjadi sangat krusial.
5. Revisi portfolio
Revisi portfolio
merupakan pengulangan ke empat
langkah sebelumnya yang mungkin
diperlukan sehubungan dengan perubahan pada salah satu atau beberapa langkah
sebelumnya.
Sebagai contoh,
investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya akan
membuat portfolio yang telah disusunnya menjadi tidak lagi optimal. Contoh lain
adalah adanya kemungkinan perubahan harga sekuritas yang mana dulunya dinilai
tidak menarik tapi karena adanya perubahan harga menjadi menarik
(menguntungkan) untuk dimiliki.
6. Evaluasi kinerja portfolio
Pada tahap ini investor
melakukan penilaian terhadap kinerja
portfolio (performance) secara
periodik, baik pada aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang
tanggung.
Untuk tahap ini
diperlukan adanya ukuran yang tepat tentang besaran return dan risiko yang dapat dijadikan acuan (standar).
The Risk/Return
Tradeoff
Dalam investasi, risiko dapat diartikan sebagai
tidak tercapainya tingkat keuntungan (return)
sebagaimana yang diharapkan. Tingkat risiko yang lebih besar akan memberikan peluang (possibility)
yang lebih besar dalam menghasilkan
keuntungan yang lebih besar pula.
Hal ini disebut tradeoff, karena sebagian besar orang
menginginkan keuntungan lebih besar tapi tingkat risiko yang lebih rendah.
No comments:
Post a Comment